Minggu, 30 Juni 2013

Gamang, Logika, Perasaan, dan Persepsi


00:10 di hari pertama Juli.

Sudah lama meninggalkan halaman ini dengan kosong, sehingga mungkin sekali untuk kotor, berdebu, dan wajar bila laba-laba menunjukan eksistensinya dalam membuat sarang kekuasaannya. Lalu, apa alasan Saya kembali menulis? Kata orang, rasa galau, marah, kepepet dan sedih bisa membuat orang lebih kreatif. Saya? diantara sedih dan marah. Seperti reaksi kimia, sedih dan marah adalah 2 zat yg mungkin bisa bercampur atau mungkin juga tidak. Anggaplah saja mereka dipaksa untuk bercampur, hasilnya adalah kegamangan yang begitu hebat dalam skala logika ataupun rasa.

Gamang salah satu pengertiannya menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah merasa kesunyian ( sumber: liat di sini). Disatu sisi merasa sedih karena berbuat salah, dan di sisi lain Saya merasa marah. Saya adalah pesawat ruang angkasa yang terlempar dari orbit. Melayang tak jelas, menabrak objek langit, dan merasa tersesat di angkasa dimana GPS dan peta tak ada gunanya. Namun pesawat ini dikendalikan oleh dua orang pilot handal yang kini sedang berusaha memperbaikinya, dua orang pilot itu bernama Perasaan dan Logika. Dua hal yang konon tidak pernah akan bersatu bahkan cenderung berbeda pendapat dalam (hampir) setiap hal. Maka hal yang pertama kali Saya lakukan adalah melogikakan perasaan lalu kemudian memberi rasa pada logika.

Melogikakan Perasaan.
Sebuah ungkapan lama "One little mistake could ruined everythings", satu kesalahan kecil bisa membuat segala hal yang Kalian lakukan sebelumnya menjadi tak berarti. Lalu apakah kita tak boleh berbuat salah? tentu saja boleh, ungkapan yg secara semena-mena dijadikan copyright Dorce mengungkapkan bahwa kesempurnaan hanya milik Tuhan. Dalam berbagai eksperimen laboratorium, untuk mendapatkan sebuah formula yang manjur, para ilmuwan tentu saja mengalami banyak kesalahan terlebih dahulu bukan? Begini gambarannya, tumpuklah kertas putih secara teratur, lembar per lembar, lalu tumpuk satu lembar saja kertas hitam, stop! Lihat dari atas, kertas putih tak tampak, hanya kertas hitam yang tampak. Ibaratkan kertas putih adalah hal baik yang kalian lakukan dan ketas hitam adalah hal buruknya, hal buruk tetaplah hal buruk, kertas hitam telah tertumpuk, bagaimana agar tampak putih kembali? lanjutkanlah menumpuk kertas putihnya lagi dengan catatan: Kalian masih diberi kesempatan untuk menumpuknya. Namun jika kertas hitam kembali bertumpuk untuk kesekian kalinya, lagi, lagi, dan lagi, maka tentu saja bisa dilhat mayoritas warna yg sering terlihat dan kesempatan kalian untuk menumpuk kertas putih akan dihentikan oleh waktu, sama halnya dengan penelitian yg kesalahannya selalu berulang dan menemukan perbandingan 5:1 diantara salah dan benarnya, maka penelitian itu bisa dihentikan. Saya merasa sedih karena berbuat salah, namun seharusnya Saya mampu membuktikan bahwa masih banyak hal benar lain yang akan saya hasilkan, maka saya yakin.

Oke, rasa sedih saya telah dilogikakan. Sekarang memberi rasa pada logika untuk rasa marah Saya.

Logika itu berdasarkan pada alasan-alasan dan persepsi yang (seharusnya) berimbang. Saya tak bisa memberi rasa pada logika ketika logika saya hanya berdasar pada satu persepsi dari Saya saja. Saya masih merasa marah, apa yang membuat saya marah? Hal yang seharusnya tidak berada pada tempatnya, hal yang seharusnya tidak pernah terungkit lagi, hal yang seharusnya ditinggalkan, hal yang sebelumnya juga pernah membuat saya marah, hal yang seharusnya tidak membuka luka pada luka yang sudah kering, dan sialnya saya secara tidak sengaja melihat hal itu. Berbagai macam persepsi logis dan non-logis berputar di kepala, persepsi itu membunuh, dan Saya menolak untuk dibunuh dengan mudah. Terjebak dalam persepsi personal hanya akan menghasilkan orang seperti Munarman. Saya masih belum bisa memberi rasa pada logika saya sekarang, saya masih gamang, maka kecuplah dahiku Tuhan sekedar memberi penuh rasa yakin yang Aku mau terus bertahan dan memelihara rasa percaya yang Aku mau terus ada. Ah, mungkin hanya puisi yang bisa membantuku merasa lebih baik,

"di sinilah Aku, di hadapanmu.
Aku menggenggam tanganmu,
penuh yakin dan percaya,
meski kadang alam bawah sadar berkaca-kaca.
Aku membisikanmu kata 'mari kita melangkah bersama'
yang aku butuhkan hanyalah pandangan matamu
hanya tertuju padaku, hanya padaku, hanya padaku.
dan tanganmu yg melepas genggaman pada masa itu
lalu kemudian menggenggam tanganku penuh,
menggenggam tanganku penuh,....
menggenggam tanganku penuh-penuh"

keterangan gambar:
1. Astronaut Frank Poole in 2001: A Space Odyssey 
2. taken from: purdycool.tumblr.com

Minggu, 25 Maret 2012

PROVOKATA - KOPI HITAM UNTUK DUNIA YANG PAHIT (SINGLE)

Indie Rock / Grindcore
artwerk by : Annisa Rizkiana
PROVOKATA are : Gagas Agung, Riyan Renjanasakti, Rudi Bombtrack, Vivid Wicaksono

Adalah sebuah band dari pertemuan beberapa orang yg terlebih dulu berkecimpung di dunia HC/Punk kota Atlas Semarang. Gagas dan Pingky yang sebelumnya tergabung dalam Anjing Geladak, bertemu dengan Rudi (Harvestmoon, Gundala) dan Vivid (Scream Of Oi!). Kami tidak membatasi eksplorasi bermusik kami, dengan menjadikan grindcore sebagai benang merahnya, kami mengeksplore beberapa part musik kami dengan sentuhan psychedelic, grunge, bahkan garage rock. kami telah menuntaskan beberapa lagu kami di studio rekaman, dan single pertama yg kami rilis secara gratis adalah Kopi Hitam Untuk Dunia Yang Pahit. Dalam waktu dekat kami Provokata akan segera merilis full album dalam bentuk cakram padat. Anggap saja single ini untuk memperkenalkan kami, Provokata!

Rabu, 29 Februari 2012

Negara Suka yang Tabu

"ini adalah tulisan Saya untuk sebuah independent zine bernama KOSONG edisi ke 5 yang nyatanya sampai sekarang tak pernah terbit, hanya sekedar untuk mengulang memory di ingatan Saya bahwa Saya pernah menulis sesuatu hal semacam ini, silahkan jika berkenan membaca"


Ketika saya disuruh untuk menulis untuk zine ini, tiba tiba di detik terakhir, tema diubah menjadi “Tabu”.  Tabu dalam otak saya langsung melintas seputar urusan kelamin, bikini, senggama, dan norma.  Ketika saya Googling dengan keyword “Tabu dalam budaya jawa”, entah kenapa semuanya berkaitan dengan seks dan perempuan.WTF! Meskipun tabu sebenarnya bukan melulu tentang hal-hal itu saja. Saya ambil contoh, KOMUNIS! Katakan itu dengan lantang di depan orang-orang tua konservatif yg mengalami masa masa Indonesia 1965. Atau bisikkan kata itu di telinga orang-orang yg “sangat mencintai” Indonesia so called nasionalis atau di telinga para apatis yg menganggap bahwa semua sejarah yg disampaikan negara adalah kebenaran yang mutlak.
                Saya tidak akan pernah menyalahkan para kaum konservatif ataupun nasionalis karena mereka menganggap hal-hal yg berkaitan dengan komunis dianggap tabu oleh mereka, mungkin saya hanya akan heran kenapa otak mereka bisa begitu bebal. Siapa yg bisa disalahkan? Negara. Kenapa harus negara ini yang disalahkan? Karena Saya menganggap salah satu fungsi negara ini adalah untuk disalahkan, apalagi setelah era 1965, kehancuran komunis yg juga sebagai pertanda “WELCOME TO CAPITALISM”, di era Bung Karno, negara kita jadi salah satu boneka soviet dan RRC, di era Suharto sampai sekarang kita jadi boneka siapa saja yang mau bayar, Amerika boleh, China monggoh, Rusia silahkan. Sejak awal konsep negara selalu untuk kepentingan segelintir minoritas dan menyembunyikan kepentingan kepentingan itu dalam tetek mbengek DEMOKRASI SAMPAH yang sebenarnya hanya sebuah hal kecil dari konspirasi yg begitu besar. Oke, mungkin kalo masalah anti-negara, anarkisme, dll banyaklah yg lebih pintar dari saya (termasuk editor zine ini, hehehe).
                Oke kembali lagi kepada tabunya komunis karena negara. Karena negara? Kenapa? Buat  yg lahir taun 80an, masih ingat film Lubang Buaya ga? Kalau tidak salah itu adalah judul film yg diputar tiap 30 September malam. Saya ingat kalau saya selalu ngeri melihatnya. Film narsis Kopassus, Suharto dan orde baru. Secara tidak langsung penanaman phobia ini berlangsung 30 tahun, diantara phobia komunisme ini, ribuan nyawa tak bersalah dihukum mati tanpa pengadilan, anak dari orang tua komunis tidak bisa cari makan, dan semoga Suharto disate di neraka. Kengerian yang ditanamkan tiap tahun menjadi sebuah wahana cuci otak yang mengasyikkan bagi Negara. Penyebaran ketakutan dianggap sebagai pupuk untuk “kedekatan” rakyat kepada negaranya. Ketakutan ini kemudian hari menimbulkan rasa tabu untuk membicarakan komunisme di ruang-ruang publik, kita tidak bisa lagi berdiskusi secara bebas tentang Marx, kita tidak bisa berdiskusi tentang Lenin, tentang konsep tanpa negaranya Bakunin di warung burjo, dan yg lebih parah adalah, hal tabu tersebut menjadi semacam legalisasi untuk kekerasan bagi mereka mereka yg sebenarnya ingin tahu ada apa dengan komunis. Seperti yg kita tahu, segerombolan sarung, sorban, dan parang serta para nasionalis membubarkan diskusi tentang buku buku yg “mengandung” komunisme di beberapa tempat. Negara bodoh, rakyatnya sok tahu, demokrasi itu bualan sampah, BUBAR!!!
Berapa ratus ribu nyawa melayang dengan alasan demokrasi? Rasa tabu dan takut yg ditanamkan negara terhadap Komunisme adalah salah satu bentuk kekerasan atas nama demokrasi dan sama sekali tak bisa dibenarkan. Sekarang komunisme hancur, berikutnya adalah Islam!
                Saya bukan puritan Islam, bukan pendukung negara Islam, saya tidak sekeras Jafar Umar Tholib atau Habieb Rizieq, tapi yang saya tahu adalah proses yang sama terhadap komunis di tahun 1965 sedang terjadi kepada Islam di masa sekarang. Penyebaran ketakutan, konspirasi besar, pembodohan publik, semuanya tercitra jelas di saluran berita anda. NII palsu? Hahahahha, saya kira NII jaman sekarang adalah bentukan negara sendiri untuk segera melegalkan RUU Intelijen yg baru yang men-sah-kan seseorang untuk langsung ditangkap ketika dicurigai makar. Dan saya yakin negara sudah tahu siapa-siapa saja yg ahli melakukan cuci otak untuk bom bunuh diri, bukankah negara yg paling ahli dalam cuci otak? Adanya isu NII, menjadikan penataran P4 tentang Pancasila yg memuakkan itu kini mulai akan diadakan lagi, konsep konsep diskusi cinta negara mulai merebak lagi dengan sokongan sokongan legal dari birokrasi. Negara sebisa mungkin melindungi kepentingan mereka sendiri, kepentingan mereka untuk menjaga teorema kekuasaan mutlak negara atas rakyatnya berlanjut. Komunisme lalu kemudian Islamophobia dikembangkan dan diciptakan dalam beberapa tahun terakhir.
                Jangan percaya berita di TV, simpulkan segala sesuatu dengan mata dan otak. Lihat urutan-urutan kejadian yg jika anda memperhatikan tiap tahun pasti urutannya hampir selalu sama. Ketika sedang gonjang ganjing politik (elite tersudutkan karena tingkah laku brengsek mereka), tiba tiba aja FPI bikin ribut, atau ada bom bunuh diri. Semuanya sudah terkonsep oleh negara tentang bagaimana membuat rakyat mereka takut, dan hasilnya adalah negara berkuasa mutlak atas rakyatnya. Negara sebenarnya hanyalah elit, sedangkan buruh, karyawan, PNS, para kaum sipil hanya korban dari hal-hal yg sengaja dibikin tabu oleh negara. Maka jadilah buruh yg pintar, karyawan yg kritis, PNS yg “cerdas”, kaum sipil yg “melihat”, jangan tutup mata jangan apatis, buka pikiran untuk tidak pernah merasa tabu kepada hal-hal yang memang sepatutnya dipertanyakan! Pertanyakan segalanya!

Kamis, 08 Desember 2011

A Very She and Him Christmas Album

Zooey Deschannel, pemeran 500 days of Summer ini bersama group duonya She and Him mengeluarkan sebuah album special untuk edisi Natal. Bisa disamakan juga sih sewaktu beberapa band Indonesia bikin album religi waktu bulan puasa atau deket-deket lebaran, tapi jangan salah kualitasnya ga bisa disamain kali ya.
Album ini materinya "She and Him" banget, dari 2 album sebelumnya yaitu Volume 1 dan Volume 2 (yang saya rasa masih catchy Volume 1) mereka tetap berformat minimalis, bedanya kali ini bener-bener minimal, bunyi drum aja nyaris ngga ada :). Album ini cocok sekali untuk dinikmati malam natal yang temaram dibawah lampu yang remang, sendirian ditemani cokelat hangat buatan orang tersayang. Silahkan Download di SINI

Jumat, 15 Juli 2011

Saya yang terlalu sombong.

Semesta memberikan apa yang juga kita berikan. You get what you give.

Ini adalah sebuah cerita kesombongan saya. Ketika saya memberikan kesombongan pada semesta, maka semesta pun akan membalas dengan sombong nan angkuh, padahal secara kekuatan, kita jauh lebih lemah dari semesta. Keyakinan yang berlebihan pun ternyata bisa membuat harapan yang telah ditulis di kanvas bisa luntur seperti cat yang kena paint remover.
Saya mengikuti sebuah tes BUMN ternama di negara ini, dan kebetulan yang ajaib, dari puluhan teman-teman kampus Saya, hanya 2 (dua) orang yang lolos tes awal, salah satunya saya, dan segalanya begitu mudah ketika tes ke2 dan ke3, semuanya saya lewati dengan baik. Lolos dari semua tahapan tes gugur. Proses menunggu hasil tes diskusi selama 3 minggu pun menyenangkan dengan puluhan pujian dari teman yang mempunyai harapan yang sama. Saya masih terlalu berbangga diri, meskipun saya tak lupa menunduk.
Pengharapan itu luntur semalam, dari lebihkurang 50 orang dari sebelumnya 114 orang sisa tes gugur, saya mulai mencari nama saya yang sama sekali tidak terpampang di sana, saya pikir saya pasti salah memasukkan rayon, saya ulangi lagi dengan lebih hati-hati, 2kali, 3 kali, hingga kali ke 4 saya sadar, saya tidak lolos. Semua pengharapan sepertinya luntur, lebih mirip seperti orang yang menyatakan cinta lalu ditolak. hahahaa
Ya, cinta saya ditolak oleh BUMN kenamaan itu, dan ditemani oleh Joy Division yang berdendang "Love Will Tear Us Apart Again", saya cuman bisa melamun, membayangkan betapa sombong dan congkaknya saya pada awalnya dan sekarang saya harus merasakan hal pahit tersebut.

Tuhan sepertinya masih ingin memberikan kesempatan pada Saya untuk piknik.

Saya tidak tahu harus berbuat apa, gamang. Serasa kalau kita lagi jalan di bawah lampu jalan, semua lampu tiba tiba mati. gelap. Paling tidak efek kaya gini harus saya buang untuk 24 jam ke depan. Tapi mensugesti diri sendiri ternyata lebih sulit dari pada harus mensugesti orang lain. Jadi inget kata-kata teman saya, "Siapa yang memotivasi motivator?" dan jawabannya adalah keluarga dan orang terdekat. Mamah telpon, bilang "udahlah bukan rejekinya tuh". Rezeki, rejeki, entah mana ejaan yang benar, tapi konsep rejeki adalah hal yang baik bagi diri kita bukan? ketika hal itu tidak baik bagi kita, berarti itu bukan rejeki, bisa jadi malah musibah. Saya bersukur kalau gitu, siapa tau saya bakal banyak kena musibah kalau keterima. Semalam sebelum Mamah telepon untungnya sudah ada yang menemani walaupun hanya berupa text message support yang benar benar membantu. Entah kalo ga ada yang sms saya semalam, saya mungkin berakhir di gantungan tali rafia (is it too much? eh? :lol).
Di sinilah saya, masih menjadi seorang yang percaya dan kepercayaan saya tidak akan saya tukar dengan sesuatu hal apapun. Saya percaya Tuhan akan menempatkan saya pada sebuah tempat terbaik di muka bumi dengan semua keadaan yang saya miliki. Seperti kata Adler, manusia ingin menjadi superior, menurut blog yang saya baca, secara positif superioritas bukan pengkotakan sosial, bukan pula kedudukan tinggi dalam masyarakat, tetapi perjuangan ke arah kesempurnaan. Perjuangan menuju superioritas bersifat bawaan. Semua dorongan itu mendapat kekuatan/daya dorongannya dari dorongan ke arah kesempurnaan, dan dalam bentuk berbagai macam sesuai dengan tingkat umur dan situasi.
Saya masih akan berjuang, tapi mungkin perjuangan itu dimulai hari senin saja, weekend ini saya mau memanfaatkan hak saya untuk malas. :LOL

Sabtu, 18 Juni 2011

Logika Adalah Sampah!














Ketika siang, langit berwarna biru
Malam datang lalu hitam.
Laut pun begitu,
tanpa aral sesuatu, bisa sesuai perasaan.
Apalagi tentang hujan,
Hujan selalu tahu apa yang kita rasakan.

Hati ini adalah kehidupan,
semenjak tangan yg mengepal tak menjanjikan perubahan.
Kekuatan terpusat pada semesta di bawah asuhan Kuasa.
para leluhur kaki tangan adikuasa yg menggumpal darahnya di bawah komando logika.

Hati ini adalah kehidupan,
semenjak Logos dibunuh oleh Nietzsche yang kesurupan.
logika itu sampah untuk setiap ramalan dan keajaiban yang kami rapal,
Tuhan masih hidup dan Nietzsche telah gagal.

Kamis, 16 Juni 2011

Ketika Kita Dihadang Tembok!


Sudah hampir 1,5 bulan saya lulus kuliah. Kini saya sedikit merasakan apa yg dirasakan sebagian besar lulusan perguruan tinggi rasakan. Nganggur!!! Tapi sebisa mungkin saya recharge semangat saya untuk selalu mencoba kreatif. Akhir-akhir ini selain berburu kerjaan, saya melibatkan diri saya pada komunitas sastra daerah saya. Apapun peran saya disitu, itu cukup memberi kegiatan pengusir kejenuhan dan korosi otak. Terakhir kali berkegiatan pada komunitas itu adalah sebagai pengisi sound untuk musikalisasi puisi mereka, dan saya sangat suka. Terimakasih pula kepada modem saya yg saya cinta agar saya masih tetap berkeliling "dunia". Saya sempat ingin mempublikasikan blog saya ini dengan alasan biar banyak dikomen teman sendiri, tapi kemudian setelah teringat alasan awal saya buat blog ini adalah bukan untuk tujuan rame, tapi untuk tujuan "curhat", maka saya batalkan niatan saya itu. Setelah saya pikir-pikir, niatan untuk "mempopulerkan" blog ini yg tidak sejalan dengan pemikiran awal saya terlihat mirip sekali dengan "pengkhianatan" kawan-kawan yang menjanjikan kepalan tangan, yang menjanjikan perlawanan, dan menjanjikan keteguhan.
Saya teringat kawan saya, dia sewaktu kuliah nggak suka ama PNS, tp kelar dari kuliah dia malah jadi PNS. Saya tidak pernah nge-judge dia sebagai seorang yg plin-plan, saya takut suatu saat itu akan menimpa saya.

Saya adalah seorang yang percaya bahwa sebuah tindakan revolusioner tidak harus dengan sebuah pergerakan yang besar dan hegemoni yg gila-gilaan. Pada waktu itu dalam otak saya tanamkan, mungkin kawan saya bisa melakukan tindakan "revolusioner" melalui caranya sendiri, entah melalui dalam wilayah kerjanya atau sikapnya terhadap pekerjaan tersebut, dan sepertinya kata-kata saya sedikit terbukti, dia mungkin jadi satu-satunya PNS yg bikin status di FB tentang plesetan lagu Garuda Pancasila, mungkin ini hal yg remeh di mata kita. Tidak sebesar revolusi atau perlawanan besar di mata para aktivis, tapi jangan pernah menyepelekan hal-hal kecil, siapa tau ada yg terinspirasi dari tindakan kawan saya itu dan melakukannya dengan skala yg lebih besar, hahahahahaha :p Di lain tempat, ada kawan saya pula yg jadi PNS namun bertatto dan masih bisa bikin band hardcore dan jadi tukang sablon, lalu terlintas di pikiran saya, ternyata menjadi PNS tidak seburuk pikiran saya.

Saya pun sewaktu kuliah (sampai sekarang) berharap untuk tidak menjadi PNS. Tetapi ketika semesta berkehendak lain, apa yg bisa kita lakukan? Saya tidak percaya akan konsep Negara dan Pemerintah. Mereka saya anggap paling bertanggung jawab akan segala kehancuran di Negeri yg kita injak. Saya di sini membedakan konsep antara Negeri dan Negara, saya menganggap Negeri sebagai asal muasal suatu komunitas, kelompok atau kaum, sedangkan Negara saya artikan sebagai sebuah lembaga penjajah negeri, pengatur norma dan penyeragaman bawah sadar. Saya sekarang dalam tahap terakhir interview sebuah bank swasta besar di negeri ini, saya sangat berharap untuk bekerja di bank tersebut sebagai langkah "penyelamatan" terhadap pemikiran saya. Saya lebih memandang mereka yg bekerja di swasta lebih berintegritas daripada para PNS. Meskipun ketika dipandang dari sudut para aktivis, swasta sama saja sebagai sebuah "wabah" pengeksploitasi negeri. Tapi dari skala 1-10 tentang integritas dan profesionalisme, swasta saya kasih nilai 8 dan PNS dengan nilai 6. PNS menghancurkan negara mereka sendiri? uhm, tidak bisa dikatakan seperti itu juga sih, karena saya punya kawan PNS yg berintegritas tinggi juga.
Saya sempat iseng mendaftar online sebagai PNS salah satu kementrian sekitar 1 bulan yg lalu. Saya sama sekali tidak berharap untuk lolos tes awal. Tapi sekarang nyatanya saya mendapatkan panggilan untuk tes CPNS. Ini yang saya takutkan. Saya "stress" dalam waktu menganggur ini, saya terdesak kebutuhan untuk mandiri dan membahagiakan Ibu saya, saya tidak bisa diam, saya ingin melakukan apa saja untuk pekerjaan. Sementara itu, bank swasta yg saya harapkan tak kunjung memberi panggilan. Apakah saya harus ikut CPNS itu? Bagaimana jika saya diterima? bukankah saya seperti "mengkhianati" pemikiran saya sendiri? Saya berhadapan dengan tembok!!! Mungkin ini curhatan klasik para aktifis labil seperti saya ketika mereka dihadapkan kepada tantangan dunia nyata.

Teman saya pernah bilang, kalau kamu berhadapan ama tembok besar, ya dirubuhin pake segala cara, kalo ga bisa dirubuhin ya dipanjat, kalo ga bisa ya cari jalan kaya tikus tanah, kalo ga bisa juga, pilihan terakhir adalah temboknya kamu cat sesuai selera, silahkan diorat-oret sesuai keinginan dan nikmati saja. Lalu apa pilihan saya? Saya sih berharapnya bank swasta itu segera hubungi saya dan berkata "mas udah bisa mulai kerja hari senin" dan saya ga perlu ikut CPNS. Kalaupun ikut tes CPNS ya tetep saya jalani, semenjak jadi "pengikut" buku The Secret, saya selalu yakin ada hal baik di balik segala hal. Saya mulai memikirkan perkataan teman saya tadi, untuk mengecat tembok sesuai selera saya, mengorat-oret nya dengan hati. Untungnya saya adalah individu yang percaya Tuhan, saya serahkan diri saya kepada Tuhan, dan dia melalui semesta akan mengarahkan saya kepada hal yang akan benar benar baik. Ketika kita berikan apa yang terbaik, maka kita pun akan mendapatkan yang terbaik. Kalau saya jadi PNS, saya tetep pengen mentatto tubuh saya kok, saya juga tetep bikin tabling FNB, tetep ngeband. Entahlah, yang saya takutkan adalah label pengkhianat dari kawan-kawan yang sesungguhnya tidak tahu apa yang ada dalam otak saya. Tabik.