Jumat, 15 Juli 2011

Saya yang terlalu sombong.

Semesta memberikan apa yang juga kita berikan. You get what you give.

Ini adalah sebuah cerita kesombongan saya. Ketika saya memberikan kesombongan pada semesta, maka semesta pun akan membalas dengan sombong nan angkuh, padahal secara kekuatan, kita jauh lebih lemah dari semesta. Keyakinan yang berlebihan pun ternyata bisa membuat harapan yang telah ditulis di kanvas bisa luntur seperti cat yang kena paint remover.
Saya mengikuti sebuah tes BUMN ternama di negara ini, dan kebetulan yang ajaib, dari puluhan teman-teman kampus Saya, hanya 2 (dua) orang yang lolos tes awal, salah satunya saya, dan segalanya begitu mudah ketika tes ke2 dan ke3, semuanya saya lewati dengan baik. Lolos dari semua tahapan tes gugur. Proses menunggu hasil tes diskusi selama 3 minggu pun menyenangkan dengan puluhan pujian dari teman yang mempunyai harapan yang sama. Saya masih terlalu berbangga diri, meskipun saya tak lupa menunduk.
Pengharapan itu luntur semalam, dari lebihkurang 50 orang dari sebelumnya 114 orang sisa tes gugur, saya mulai mencari nama saya yang sama sekali tidak terpampang di sana, saya pikir saya pasti salah memasukkan rayon, saya ulangi lagi dengan lebih hati-hati, 2kali, 3 kali, hingga kali ke 4 saya sadar, saya tidak lolos. Semua pengharapan sepertinya luntur, lebih mirip seperti orang yang menyatakan cinta lalu ditolak. hahahaa
Ya, cinta saya ditolak oleh BUMN kenamaan itu, dan ditemani oleh Joy Division yang berdendang "Love Will Tear Us Apart Again", saya cuman bisa melamun, membayangkan betapa sombong dan congkaknya saya pada awalnya dan sekarang saya harus merasakan hal pahit tersebut.

Tuhan sepertinya masih ingin memberikan kesempatan pada Saya untuk piknik.

Saya tidak tahu harus berbuat apa, gamang. Serasa kalau kita lagi jalan di bawah lampu jalan, semua lampu tiba tiba mati. gelap. Paling tidak efek kaya gini harus saya buang untuk 24 jam ke depan. Tapi mensugesti diri sendiri ternyata lebih sulit dari pada harus mensugesti orang lain. Jadi inget kata-kata teman saya, "Siapa yang memotivasi motivator?" dan jawabannya adalah keluarga dan orang terdekat. Mamah telpon, bilang "udahlah bukan rejekinya tuh". Rezeki, rejeki, entah mana ejaan yang benar, tapi konsep rejeki adalah hal yang baik bagi diri kita bukan? ketika hal itu tidak baik bagi kita, berarti itu bukan rejeki, bisa jadi malah musibah. Saya bersukur kalau gitu, siapa tau saya bakal banyak kena musibah kalau keterima. Semalam sebelum Mamah telepon untungnya sudah ada yang menemani walaupun hanya berupa text message support yang benar benar membantu. Entah kalo ga ada yang sms saya semalam, saya mungkin berakhir di gantungan tali rafia (is it too much? eh? :lol).
Di sinilah saya, masih menjadi seorang yang percaya dan kepercayaan saya tidak akan saya tukar dengan sesuatu hal apapun. Saya percaya Tuhan akan menempatkan saya pada sebuah tempat terbaik di muka bumi dengan semua keadaan yang saya miliki. Seperti kata Adler, manusia ingin menjadi superior, menurut blog yang saya baca, secara positif superioritas bukan pengkotakan sosial, bukan pula kedudukan tinggi dalam masyarakat, tetapi perjuangan ke arah kesempurnaan. Perjuangan menuju superioritas bersifat bawaan. Semua dorongan itu mendapat kekuatan/daya dorongannya dari dorongan ke arah kesempurnaan, dan dalam bentuk berbagai macam sesuai dengan tingkat umur dan situasi.
Saya masih akan berjuang, tapi mungkin perjuangan itu dimulai hari senin saja, weekend ini saya mau memanfaatkan hak saya untuk malas. :LOL

2 komentar:

  1. sombong gapapa asal mau terus berusaha, daripada udah tau berkualitas rendah tapi engga mau berusaha lebih baik

    BalasHapus
  2. sama seperti slogan yang pernah lu cetuskan yqa butt,..
    sing sabar atuh mas..
    noh trans 7 buka lowongan siapa tau tertarik menjadi broadcast

    BalasHapus