Sabtu, 18 Juni 2011

Logika Adalah Sampah!














Ketika siang, langit berwarna biru
Malam datang lalu hitam.
Laut pun begitu,
tanpa aral sesuatu, bisa sesuai perasaan.
Apalagi tentang hujan,
Hujan selalu tahu apa yang kita rasakan.

Hati ini adalah kehidupan,
semenjak tangan yg mengepal tak menjanjikan perubahan.
Kekuatan terpusat pada semesta di bawah asuhan Kuasa.
para leluhur kaki tangan adikuasa yg menggumpal darahnya di bawah komando logika.

Hati ini adalah kehidupan,
semenjak Logos dibunuh oleh Nietzsche yang kesurupan.
logika itu sampah untuk setiap ramalan dan keajaiban yang kami rapal,
Tuhan masih hidup dan Nietzsche telah gagal.

Kamis, 16 Juni 2011

Ketika Kita Dihadang Tembok!


Sudah hampir 1,5 bulan saya lulus kuliah. Kini saya sedikit merasakan apa yg dirasakan sebagian besar lulusan perguruan tinggi rasakan. Nganggur!!! Tapi sebisa mungkin saya recharge semangat saya untuk selalu mencoba kreatif. Akhir-akhir ini selain berburu kerjaan, saya melibatkan diri saya pada komunitas sastra daerah saya. Apapun peran saya disitu, itu cukup memberi kegiatan pengusir kejenuhan dan korosi otak. Terakhir kali berkegiatan pada komunitas itu adalah sebagai pengisi sound untuk musikalisasi puisi mereka, dan saya sangat suka. Terimakasih pula kepada modem saya yg saya cinta agar saya masih tetap berkeliling "dunia". Saya sempat ingin mempublikasikan blog saya ini dengan alasan biar banyak dikomen teman sendiri, tapi kemudian setelah teringat alasan awal saya buat blog ini adalah bukan untuk tujuan rame, tapi untuk tujuan "curhat", maka saya batalkan niatan saya itu. Setelah saya pikir-pikir, niatan untuk "mempopulerkan" blog ini yg tidak sejalan dengan pemikiran awal saya terlihat mirip sekali dengan "pengkhianatan" kawan-kawan yang menjanjikan kepalan tangan, yang menjanjikan perlawanan, dan menjanjikan keteguhan.
Saya teringat kawan saya, dia sewaktu kuliah nggak suka ama PNS, tp kelar dari kuliah dia malah jadi PNS. Saya tidak pernah nge-judge dia sebagai seorang yg plin-plan, saya takut suatu saat itu akan menimpa saya.

Saya adalah seorang yang percaya bahwa sebuah tindakan revolusioner tidak harus dengan sebuah pergerakan yang besar dan hegemoni yg gila-gilaan. Pada waktu itu dalam otak saya tanamkan, mungkin kawan saya bisa melakukan tindakan "revolusioner" melalui caranya sendiri, entah melalui dalam wilayah kerjanya atau sikapnya terhadap pekerjaan tersebut, dan sepertinya kata-kata saya sedikit terbukti, dia mungkin jadi satu-satunya PNS yg bikin status di FB tentang plesetan lagu Garuda Pancasila, mungkin ini hal yg remeh di mata kita. Tidak sebesar revolusi atau perlawanan besar di mata para aktivis, tapi jangan pernah menyepelekan hal-hal kecil, siapa tau ada yg terinspirasi dari tindakan kawan saya itu dan melakukannya dengan skala yg lebih besar, hahahahahaha :p Di lain tempat, ada kawan saya pula yg jadi PNS namun bertatto dan masih bisa bikin band hardcore dan jadi tukang sablon, lalu terlintas di pikiran saya, ternyata menjadi PNS tidak seburuk pikiran saya.

Saya pun sewaktu kuliah (sampai sekarang) berharap untuk tidak menjadi PNS. Tetapi ketika semesta berkehendak lain, apa yg bisa kita lakukan? Saya tidak percaya akan konsep Negara dan Pemerintah. Mereka saya anggap paling bertanggung jawab akan segala kehancuran di Negeri yg kita injak. Saya di sini membedakan konsep antara Negeri dan Negara, saya menganggap Negeri sebagai asal muasal suatu komunitas, kelompok atau kaum, sedangkan Negara saya artikan sebagai sebuah lembaga penjajah negeri, pengatur norma dan penyeragaman bawah sadar. Saya sekarang dalam tahap terakhir interview sebuah bank swasta besar di negeri ini, saya sangat berharap untuk bekerja di bank tersebut sebagai langkah "penyelamatan" terhadap pemikiran saya. Saya lebih memandang mereka yg bekerja di swasta lebih berintegritas daripada para PNS. Meskipun ketika dipandang dari sudut para aktivis, swasta sama saja sebagai sebuah "wabah" pengeksploitasi negeri. Tapi dari skala 1-10 tentang integritas dan profesionalisme, swasta saya kasih nilai 8 dan PNS dengan nilai 6. PNS menghancurkan negara mereka sendiri? uhm, tidak bisa dikatakan seperti itu juga sih, karena saya punya kawan PNS yg berintegritas tinggi juga.
Saya sempat iseng mendaftar online sebagai PNS salah satu kementrian sekitar 1 bulan yg lalu. Saya sama sekali tidak berharap untuk lolos tes awal. Tapi sekarang nyatanya saya mendapatkan panggilan untuk tes CPNS. Ini yang saya takutkan. Saya "stress" dalam waktu menganggur ini, saya terdesak kebutuhan untuk mandiri dan membahagiakan Ibu saya, saya tidak bisa diam, saya ingin melakukan apa saja untuk pekerjaan. Sementara itu, bank swasta yg saya harapkan tak kunjung memberi panggilan. Apakah saya harus ikut CPNS itu? Bagaimana jika saya diterima? bukankah saya seperti "mengkhianati" pemikiran saya sendiri? Saya berhadapan dengan tembok!!! Mungkin ini curhatan klasik para aktifis labil seperti saya ketika mereka dihadapkan kepada tantangan dunia nyata.

Teman saya pernah bilang, kalau kamu berhadapan ama tembok besar, ya dirubuhin pake segala cara, kalo ga bisa dirubuhin ya dipanjat, kalo ga bisa ya cari jalan kaya tikus tanah, kalo ga bisa juga, pilihan terakhir adalah temboknya kamu cat sesuai selera, silahkan diorat-oret sesuai keinginan dan nikmati saja. Lalu apa pilihan saya? Saya sih berharapnya bank swasta itu segera hubungi saya dan berkata "mas udah bisa mulai kerja hari senin" dan saya ga perlu ikut CPNS. Kalaupun ikut tes CPNS ya tetep saya jalani, semenjak jadi "pengikut" buku The Secret, saya selalu yakin ada hal baik di balik segala hal. Saya mulai memikirkan perkataan teman saya tadi, untuk mengecat tembok sesuai selera saya, mengorat-oret nya dengan hati. Untungnya saya adalah individu yang percaya Tuhan, saya serahkan diri saya kepada Tuhan, dan dia melalui semesta akan mengarahkan saya kepada hal yang akan benar benar baik. Ketika kita berikan apa yang terbaik, maka kita pun akan mendapatkan yang terbaik. Kalau saya jadi PNS, saya tetep pengen mentatto tubuh saya kok, saya juga tetep bikin tabling FNB, tetep ngeband. Entahlah, yang saya takutkan adalah label pengkhianat dari kawan-kawan yang sesungguhnya tidak tahu apa yang ada dalam otak saya. Tabik.

Efek Rumah Kaca - Hilang

Rindu kami seteguh besi
Hari demi hari menanti
Tekad kami segunung tinggi
Takut siapa? kami hadapi

Yang hilang Menjadi katalis
Disetiap kamis
Nyali Berlapis

Marah Kami
Senyala api
Di depan istana berdiri

Yang hilang menjadi katalis
Disetiap kamis
Nyali berlapis

Yang ditinggal
Takkan pernah diam
Mempertanyakan kapan pulang ?

aaaaaaaaaa.......aaaaaaa...........aaaaaa....
Dedy Hamdun HILANG Mei 1997
Ismail HILANG Mei 1997
Hermawan Hendrawan HILANG Maret 1998
Hendra Hambali HILANG Mei 1998
M Yusuf HILANG Mei 1997
Nova Al Katiri HILANG Mei 1997
Petrus Bima Anugrah HILANG Maret 1998
Sony HILANG April 1997
Suyat HILANG Februari 1998
Ucok Munandar Siahaan HILANG Mei 1998
Yadin Muhidin HILANG Mei 1998
Yani Afri HILANG April 1997
Wiji Tukul HILANG Mei 1998

HILANG....................

Catatan :
lagu Efek Rumah Kaca yang berjudul Hilang ini terinspirasi dari peristiwa penghilangan secara paksa pada masa orde baru tahun 1997 sampai 1998, lagu ini terdapat di kompilasi album PEACE yang merupakan sebuah proyek dari Buffetlibre dan Amnesty International. Amnesty International dikenal sebagai organisasi yang membela kemanusiaan dan hak asasi manusia. album ini diisi oleh musisi-musisi dari 50 negara dan Indonesia pun ikut terlibat dengan 3 band berkualitas yaitu : Mocca (Bundle of Joy), Efek Rumah Kaca (Hilang), dan White Shoes and The Couples Company (Crosstown Traffic).
Album Kompilasi ini bisa di Download di Website http://www.buffetlibredjs.net/peace.html dengan menyumbang beberapa dolar yang digunakan untuk misi kemanusiaan dan hak asasi manusia. Tujuan mereka adalah untuk melindungi individu mana pun dalam hal keadilan.


link Download lagu : klik di sini